AKU,AKU DAN AKU YANG LAINNYA~
aku bukan aku yang mengerti sepenuhnya tentang seni, yang menilai terlalu tinggi dan berlebihan terhadap sebuah lukisan aneh milih da vinci, yang menilai sebuah karya lukis dari harga yang terpampang dalam sebuah pelelangan, yang mencibir penuh hina saat melihat sebuah pertunjukan yang kehilangan sentuhan detailnya, yang berfikir untuk menonton film kelas festival seperti modus anomali, atau apapun itu, dengan bangga membayar mahal untuk menonton dan kebingungan di tengah cerita, benar-benar mencibir dengan penuh penghinaan terhadap film-film porno dalam negeri yang berkedok seks dan horor, atau benar-benar memasang harga tinggi untuk sebuah pertunjukan teater sang macan yang megah dan sangat tidak pantas di sebut sebagai teater dan lebih menuju ke drama musikal kelas bawah, yang menonjolkan kemewahan berbalut dan berlindung di balik nama besar.
aku bukan aku yang mengerti tentang musik, yang menilai terlalu tinggi untuk musik-musik jazz, bergaya korea, dan dibumbui gitaran musik blues soul yang khas, yang bernyanyi someone like you setiap waktu, yang menonton dan tak mengerti apa yang dimaksud dengan sebuah konser orkestra, yang berusaha memejamkan mata menyuarakan suara yang bukan aslinya, yang kaya dengan karya yang miskin, yang tak tahu dasar tangga nada yang harus di mainkan, yang dengan mudah menampilkan diri di tengah pentas berkedok relasi dan pertemanan tanpa menjual kualitas, bukan aku, aku bukan
aku bukan aku yang lainnya, aku adalah aku, aku bukan aku, tapi aku mengerti aku, tetapi terkadang tidak mengerti diriku sendiri
aku adalah orang yang tidak mengerti seni yang harus memerankan sebuah tokoh dalam sebuah pementasan, aku adalah seseorang yang tidak mengerti musik, yang harus menyanyikan lagu 80an dalam vokal grup.
aku juga bukan diriku saat bertemu denganmu, tapi aku berusaha menjadi diriku yang menghilangkan sebuah momen terpenting dalam hidup, yang harus menyesal saat melihat mu berjalan dengan orang lain, yang berusaha memimpikanmu tiap malam, yang berusaha menemuimu setiap hari, bukan aku
tapi aku adalah diriku yang penuh ambisi dan dihantui kegagalan dan ketidakpercayaan dari orang lain, diriku yang dilahirkan idealis tidak tepat waktu, yang tak dibutuhkan dan terbuang di tengah dunia, yang tak sedetikpun menghasilkan prestasi dan maju di tengah-tengah pengibaran bendera, karena aku itu aku dan aku bukan aku karena itulah aku bukan aku yang lainnya.